Beranda | Artikel
Allah Menjelaskan Ayat-AyatNya - Surah Al-Baqarah 242
Rabu, 6 Juli 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Allah Menjelaskan Ayat-AyatNya – Surah Al-Baqarah 242 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 5 Dzulhijjah 1443 H / 5 Juli 2022 M.

Download kajian sebelumnya: Keistimewaan Shalat Ashar – Surah Al-Baqarah 238-239

Allah Menjelaskan Ayat-AyatNya – Surah Al-Baqarah 242

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Demikianlah Allah jelaskan untuk kalian ayat-ayatNya agar kalian mau berakal.” (QS. Al-Baqarah[2]: 242)

Dari ayat ini kita ambil faedah:

Allah menjelaskan ayat-ayatNya

Di antara nikmat Allah kepada hamba-hambaNya adalah Allah menjelaskan ayat-ayatNya. Karena Allah mengatakan: “Demikianlah Allah jelaskan kepada kalian ayat-ayatNya agar kamu menjadi orang yang berakal.”

Dimana Allah menjelaskan ayat-ayatNya melalui lisan RasulNya. Allah berfirman:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Kami turunkan kepada engkau (hai Muhammad) Al-Qur’an agar kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka tersebut.” (QS. An-Nahl[16]: 44)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan ayat-ayatNya melalui lisan RasulNya. Karena ayat-ayat Al-Qur’an (terutama yang bersifat hukum) itu sifatnya global. Dan perincian/penjelasannya ada di dalam hadits. Makanya kata para ulama: “Sunnahlah yang menafsirkan Al-Qur’an, bukan sebaliknya.”

Tidak wajib mengetahui hikmah

Masalah-masalah yang berhubungan dengan nikah dan talak terkadang manusia tidak mengetahui hikmahnya. Karena Allah menjadikan penjelasannya itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah mengatakan: “Demikianlah Allah menjelaskannya kepada kalian.” Artinya Allah yang menjelaskan tentang hukum-hukumnya. Adapun hikmahnya terkadang kita tahu, terkadang tidak tahu.

Dan mengetahui hikmah itu tidak wajib. Kewajiban kita adalah menaati semua yang Allah perintahkan dan menjauhi semua apa yang Allah larang walaupun kita tidak tahu hikmahnya apa. Banyak perkara yang Allah perintahkan kita terkadang tidak tahu apa hikmahnya.

Contoh: Kenapa sih shalat subuh 2 rakaat? Ada yang tahu hikmahnya? Kenapa shalat dzuhur 4 rakaat? Kenapa shalat dzuhur tidak dua rakaat saja sedangkan shalat subuh 4 rakaat?

Maka hikmah itu tidak wajib untuk kita ketahui, yang wajib kita ketahui adalah bagaimana hukum dan caranya. Adapun hikmahnya kalau ternyata kita bisa ketahui Alhamdulillah, tapi kalau ternyata kita tidak ketahui kita tetap sami’na wa atha’na.

Akal manusia terbatas. Kewajiban kita amalkan yang Allah perintahkan. Dan yakinlah bahwasanya semua perintah Allah pasti mengandung maslahat yang besar. Dan yakinlah semua yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam larang pasti mengandung mudarat yang besar, walaupun akal kita belum sampai ke sana.

Bantahan untuk Mufawwidhah dan Ahlu Takwil

Ayat ini bantahan terhadap dua firqah, yaitu mufawwidhah dan ahlu takwil.

Mufawwidhah (ahli tahwidh) adalah mereka yang punya keyakinan bahwa ayat-ayat sifat itu tidak ada yang memahaminya kecuali Allah. Misalnya ketika mereka membaca firman Allah الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى, maka kalangan mufawwidhah mengatakan bahwa ayat ini tidak ada yang mengetahui maknanya. Tapi mereka juga tidak mau meyakini bahwa Allah beristiwa’ di atas ‘Arsy.

Ahlu takwil adalah mereka yang suka memalingkan makna kepada makna lain yang sesuai dengan keinginan mereka. Ketika dibaca firman Allah الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى, arti yang benar adalah “Ar-Rahman istiwa’ di atas ‘Arsy.”

Karena menurut mereka tidak mungkin Allah beristiwa’ di atas ‘Arsy. Akhirnya mereka berkata bahwa ayat ini harus ditakwil. Maknyanya kata mereka: “Ar-Rahman Menguasai ‘Arsy.”

Kenapa mereka harus mentakwil? Karena menurut akal mereka istiwa’nya Allah di atas ‘Arsy. Akhirnya mereka harus menafsirkan ayat itu sesuai dengan akal dan pendapatnya.

Ayat ini membantah dua kelompok ini. Karena Allah mengatakan: “Demikianlah Allah sudah menjelaskan ayat-ayatNya.” Berarti Allah sudah menjelaskan. Sementara orang ahli tahwidh mengatakan Allah belum menjelaskan ayat-ayat sifat.

Mereka mengatakan: “Kita tidak tahu maknanya apa, hanya Allah yang Maha Tahu.” Padahal Allah tegas dalam ayat ini Allah sudah menjelaskan.

Demikian pula bantahan terhadap orang-orang ahli takwil  yang mengatakan “Allah belum menjelaskan, penjelasannya dikembalikan kepada akal-akal kita.” Maka kita katakan bahwa pendapat kalian batil karena Allah mengatakan “Demikianlah Allah sudah menjelaskan.”

Dan adakah penjelasan yang paling jelas dari apa yang Allah jelaskan? Apakah Allah tidak mampu untuk menjelaskan? Apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mampu untuk menjelaskan sehingga akhirnya harus dikatakan bahwa ayat/hadits ini tidak ada yang mengetahui maknanya kecuali Allah? Seakan-akan mereka menuduh Allah dan RasulNya tidak becus dalam menjelaskan apa ayat-ayatNya.

Dua kelompok inilah yang merusak Al-Qur’an dan hadits. Walaupun mereka mengimani lafadznya, tapi maknanya yang dirusak oleh mereka.

Mungkin kalau ada orang yang mencela Al-Qur’an maka semua akan turun ke jalan. Bahkan preman-preman akan marah. Tapi kalau orang-orang yang mengotak-atik Al-Qur’an dengan otaknya sendiri, dengan penafsiran-penafsiran yang menyesatkan, banyak orang menganggap itu lumrah-lumrah saja. Padahal itu hakikatnya menghancurkan sumber Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Pujian Allah terhadap akal

Allah menjadikan akal sebagai tujuan dari perkara yang terpuji. Yaitu Allah menjelaskan ayat-ayatNya. Sementara tidak mungkin kita bisa memahami Al-Qur’an dan hadits serta penjelasan Allah dan RasulNya kecuali kalau kita menggunakan akal.

Makanya akal itu digunakan untuk memahami, bukan untuk menentang. Allah turunkan Al-Qur’an supaya kita pahami baik-baik, supaya kita tadabburi. Bukan kemudian kita menentang.

Ali bin Abi Thalib mengatakan:

لو كانَ الدِّينُ بالرَّأيِ لَكانَ أسفَلُ الخفِّ أولى بالمسحِ مِن أعلاهُ، وقد رأيتُ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يمسَحُ على ظاهرِ خُفَّيهِ

“Kalau agama kita ini berdasarkan akal, tentu bagian khuf lebih berhak diusap dibandingkan bagian atas. Tapi aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengusap bagian atas khuf.” (HR. Abu Dawud)

Maka dalam masalah ini akal kalau belum paham, wajib yang kita tuduh bukan dalilnya. Kalau kita baca Al-Qur’an atau hadits dan seakan-akan tidak masuk di akal, itu karena akalnya yang error.

Para ulama memberikan kaidah bahwa kalau ada dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang seakan-akan bertabrakan dengan akal kita, maka yang pertama kali kita tuduh adalah akal. Jangan kita tuduh dalil kalau dalil itu sudah shahih.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Allah Menjelaskan Ayat-AyatNya – Surah Al-Baqarah 242


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51883-allah-menjelaskan-ayat-ayatnya-surah-al-baqarah-242/